Buku Garis Batas/dok. Annur |
Apa
jadinya suatu bangsa yang pada mulanya bersatu atau lebih tepatnya disatukan
menjadi sebuah Uni, yang kemudian memberontak, membubarkan diri tanpa
persiapan? Negara – negara bentukan, sebelumnya difasilitasi lengkap sebagai
dampak ideologi komunis yang sama rata – sama rasa dari negara induk Rusia. Penduduk hanya tinggal menerima dari pusat.
Semua bekerja. Perut terisi, Walaupun kreativitas mati. Apa jadinya ketika
mereka merdeka dan mencoba menghidupi dirinya sendiri? Negara – negara ini
bagai anak kehilangan induk. Tertatih – tatih melangkkah menyongsong masa
depan.
Agustinus
Wibowo mencoba menelusurinya dengan melakukan perjalanan backpacker, istilah yang populer di Indonesia beberapa tahun
belakangan ini sebagai perjalanan wisata dengan ransel (backpack) di punggung, yang mengibaratkan biaya perjalanan yang
minim. Setelah menuliskan backpackernya
ke Pakistan dan Aghanistan dalam buku “Selimut Debu”, Agustinus Wibowo kembali
menuliskan petualangannya menjelajah negeri – negeri Asia Tengah. Wilayah yang
dijelajahinya semua berakhiran stan. Seluruh wilayah tersebut merupakan
pecahan Uni Soviet. Dimulai dari Tajikistan, terus ke utara menuju Kirgiztan,
lalu Kazakhstan, Uzbekistan,dan negara Asia Tengah terakhir adalah Turkmenistan.
Negara
– negara ini seluruhnya adalah pecahan – pecahan Uni soviet. Mereka masih
berkutat pada masalah negara dunia ketiga yang klasik : pengangguran dan
inflasi. Di negara – negara ini hampir semua orang menganggur, di siang hari
mereka mabuk dan minum vodka sambil duduk – duduk di pasar menanti pekerjaan.
Barang – barang mahal, daya beli masyarakat melemah, mata uang Somoni tidak ada
harganya.
Jejak
Rusia masih tampak di Tajikistan, Kazakhstan, Kirgiztan, serta Uzbekistan. Rakyat
negera – negara ini bahkan banyak yang tidak bisa berbahasa nasionalnya
sendiri, masih tetap berbahasa Rusia. Turkmenistan lain lagi, negara ini hidup
tertutup, seperti Korea Utara atau China. Nasionalisasi gencar dilakukan di
Turkmenistan. Mereka punya nama hari sendiri. Hari Rabu disebut hari Bahagia,
Hari Sabtu disebut hari Roh. Turkmenistan punya pemimpin seumur hidup. Gelarnya
Turkmenbashi atau Bapak Orang – Orang Turkmen.
Di
negara – negara Asia Tengah, tempat pusat peradaban Islam berasal, cerita
seribu satu malam melegenda, serta surganya para mistikus – mistikus Islam,
kemerosotan peradabannya bisa dibilang memprihatinkan. Para pemeluk Islam
negara – negara ini kebanyakan tidak bisa membaca tulisan Arab, tulisan Al
Quran. Dampak dari penyatuan wilayah oleh Tsar Rusia, dilanjut dengan komunisasi oleh negara yang sama. Jarang yang mempraktekkan salat. Idul Fitri
pun disambut biasa saja.
Negara
– negara ini dahulu dibentuk Rusia. Stalin dan Lenin orangtuanya. Etnis – etnis
penggembala nomaden yang dirumahkan oleh Rusia. Etnis Tajik, Kazakhs, Uzbek.
Kirgiz, dan Turkmen yang sebelumnya bersatu sebagai bangsa dalam suatu padang
penggembalaan yang luas. Tiba – tiba di perintah tinggal menetap. Digambar
garis batasnya di atas peta sesuai etnis. Diminta bersatu dalam sebuah Uni. Uni
Soviet kemudian tiba – tiba runtuh. Setiap negara ingin merdeka. Ketika
merdeka, mereka kaget dengan realita – realita rumit sebuah negara.
Keindahan
Samarkand dan Bukhara dengan masjid – masjid abad pertengahannya tidak bisa
menutupi wajah kuyu Uzbekistan. Makam Imam Besar Syiah, Sayyidina Ali di kota
Turkistan tidak terawat dan merana. Patung Amir Timur di Kiriztan menatap sedih
ke arah kota. Stalin dan Lenin yang masih berdiri tegak di Uzbekkistan tertawa, "Ternyata anakku masih belum bisa hidup tanpaku!"
0 comments:
Post a Comment