Tuesday, July 21, 2015

Menanggalkan Sungkeman demi Pengabdian

Lebaran di lokasi KKN/Fb. Wawien Wahyudi


Beratnya berkorban begitu terasa. Terlebih bila momen idul fitri tidak bisa sesempurna tahun sebelumnya yang telah dilampaui. Misalnya, hambatan spasial dan temporal tidak memungkinkan untuk ditembus. 

Berbagai alasan dapat dimaklumi dan mungkin termaafkan. Salah satunya adalah kami, mahasiswa semester menengah ke atas yang sedang menempuh 3 sistem kredit semester (SKS). SKS istimewa yang dapat ditempuh di luar periode perkuliahan formal. 

Kuliah kerja nyata (KKN) seakan menjadi buah simalakama. Di satu sisi, pengabdian untuk masyarakat menjadi sangat penting. Namun, di sisi lain merayakan hari raya idul fitri bersama keluarga merupakan suatu hal yang sangat dinantikan. 

Mempersiapkan lampion/Fb. Wawien Wahyudi

Sebagai mahasiswa perantau, kami merasa bahwa berlebaran di lokasi KKN tidak kalah istimewa. Kami masih bisa saling memaafkan melalui media yang kami miliki dan terhubung dengan keluarga di mana pun berada. Kami merasa lebih istimewa ketika masing-masing dari kami adalah berbeda, tetapi merasakan satu hal yang sama. 

Kami merasa beruntung ketika kami harus merayakan hari idul fitri dengan cara yang berbeda, yang mungkin hanya dapat kami rasakan seumur hidup sekali. Satu hal teristimewa adalah, saat ada teman berbeda kayakinan juga ikut merayakan idul fitri tahun ini. Sungguh, berkorban demi pengabdian yang sangat menggembirakan.

Kami berkorban untuk menepati Tri Dharma Perguruan Tinggi demi kepentingan negeri. Kami juga masih bisa berkomunikasi tanpa terhambat jarak, ruang, dan waktu. Tidak menjadi masalah besar ketika kami tidak bisa secara langsung sungkem dengan orang tua. Bukan suatu hal yang tabu saat kami tidak bersama keluarga saat hari raya. Kami akan bisa saling memaafkan kapan saja dan di mana saja, tidak hanya ketika lebaran.

Selamat hari raya idul fitri, semoga idul fitri di lokasi KKN ini memberikan pelajaran yang sangat bermakna. Adinda Noor Malita (KKN-PPM UGM SLM-02 2015)

Thursday, July 16, 2015

Mudik Dapet Duit

Terbuka untuk segala umur!!!


Wednesday, July 8, 2015

Penyuluhan dan Praktik Pembuatan POC di Desa Bojong

Warga desa Bojong praktek pembuatan POC/Rega


Pupuk organik cair  (POC) adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik terfermentasikan, tidak mengandung N, P maupun K (Natrium, Phospat dan Kalium). Namun mengandung mikrobia yang  positif bagi tanaman (Azotobacter  sp, Azotomonas  sp, Azotococcus sp, Derxia sp dan Xanthobacter sp). Bahan-bahan organik yang awalnya terlihat tidak bermanfaat kini juga bisa menjadi solusi untuk sektor lain salah satunya adalah urin sapi yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair bagi sektor pertanian.  Keunggulan POC adalah mudah menyerap pada tanah sehingga mempercepat proses penyerapan unsur hara dalam tanah dan metabolisme tanaman termasuk pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

Dwi Umi Siswanti, S.Si., M.Sc adalah dosen Biologi yang memiliki ide untuk menggunakan POC di beberapa lahan kering di Yogyakarta. Saat ia menjadi dosen pembimbing lapangan KKN UGM  2014, ia bersama tim Unit SLM-06 mengembangkan POC di Desa Wukirsari. Kini teknik pembuatan POC dikembangkan dan ditularkan pada tim KKN UNS di Desa Bojong, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali.

Hal tersebut dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan praktik langsung pembuatan POC di Desa Bojong, Minggu, 5 Juli 2015, pukul 13.00-15.00. Warga antusias untuk menyimak materi yang disampaikan, begitupun dengan praktik langsung pembuatan POC di salah satu kandang milik penduduk setempat.  Terlihat warga begitu aktif berdiskusi dan bergerak cepat dalam pembuatan POC. 

Rega Virgiyana Agustin, mahasiswa Biologi UGM yang memberikan penyuluhan berharap warga setempat dapat memperoleh pengetahuan baru supaya bisa mengembangkan potensi POC dari limbah ternak yang dimiliki. “Pengembangan POC dilokasi KKN tidak hanya dalam jangka pendek melainkan berkesinambungan. Agar tidak hanya sekali saja paham tetapi juga bisa meneruskan pelatihan yang sudah ada”, urainya. UNIT SLM-06, KKN PPM UGM 2014

Sunday, July 5, 2015

Hati - Hati Saldo Terpotong Setelah Berbelanja dengan Kartu Debet

Struk belanja/Fb. Lee Sang Hok

Biosfer-Menjelang hari raya Idul Fitri, warga berame-rame belanja di swalayan. Biasanya warga berbelanja minuman dan makanan yang digunakan saat keluarga berkumpul maupun open house. Warga memanfaatkan diskon yang cukup besar, yang ditawarkan sebagian besar swalayan ketika momemen tersebut.

Berbelanja dalam jumlah yang banyak tentunya membutuhkan uang yang banyak pula. Membawa uang dalam jumlah yang besar dirasa merepotkan dan membuat kawatir bagi sebagian masyarakat. Oleh karena itu, ada masyarakat yang leih memilih menggunakan kartu debet ataupun kartu kredit sebagai alat transaksi. 

Bagi anda yang menggunakan kartu debet sebagai pengganti uang, berhati-hatilah saat membayar seluruh belanjaan anda. Seorang warga Jakarta, dalam akun facebooknya yang bernama Lee Sang Hok (4/7) mengutarakan pengalaman tak mengenakkan saat berbelanja di suatu swalayan.  

Pria tersebut mempergunakan kartu debet BCA dalam bertransaksi. Ia melihat suatu keganjilan saat melihat struk belanjanya. Tertera tulisan "ambil tunai Rp 200.000" pada struk yang diserahkan kasir. Kontan, Lee menanyakan maksud dari tulisan tersebut. Kasir menjawab, "Itu hanya salah pencet saja dan tak ada transaksi tunai."

Lee tidak langsung percaya dengan perkataan kasir itu. Ia langsung mengecek saldo di ATM BCA. Lee yang mengetahui saldo sebelum transaksi, menyadari saldonya memang berkurang Rp 200.000. Setelah itu, ia kembali ke tempat pembayaran dan menanyakan hal yang sama kepada kasir. Ia juga menambahkan, "Benar-benar ada potongan Rp 200.000."

Kasir mengatakan bahwa kejadian tersebut adalah suatu kekeliruan. Ia kemudian meminta maaf kepada Lee dan memberikannya uang sesuai jumlah saldo yang terpotong. Setelah kejadian tersebut, Lee lebih berhati-hati. Ia menyarankan pembaca untuk selalu mengecek struk belanja sebelum meninggalkan tempat transaksi.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Iklan