Tuesday, April 21, 2015

Dari Gelap menjadi Semakin Gelap?

Emansipasi, nasionalisme, patriotisme, dan masih banyak hal lain yang terpajan dalam surat Kartini. Kualitas tak terbantah lagi. Tulisan yang nyata, kuat dan sesuai dengan jamannya. Namun, apa benar judul yang disumbangkan Abendanon sebagai inti dari semua surat Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang, terwujud di jaman sekarang?

Siapa yang tak kenal dengan buku kumpulan surat RA Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang? Buku yang begitu melegenda. Guratan semangat perjuangan sangat kental terasa. Berkobar dengan cara yang halus, khas wanita jawa . Emansipasi menjadi agung, dan hingga saat ini dikenal sebagai hasil perjuangannya.  Selain itu,juga ada sisi yang hanya terjamah di permukaannya saja, nasionalisme.
 Kesatuan Indonesia secara utuh, ia sampaikan dengan tersirat. Tolakan keras terhadap feodalisme Jawa diutarakannya. Nasionalisme mengalir dalam darahnya, spontan bukan hanya karena ia ingin setara dengan kaum pria,tetapi juga karena jiwa kuatnya sebagai anak bangsa. Secara luas, ia ingin rakyat Indonesia berpendidikan pantas seperti bangsa lain.

Emansipasi, nasionalisme, patriotisme, dan masih banyak hal lain yang terpajan dalam surat Kartini. Kualitas tak terbantah lagi. Tulisan yang nyata, kuat dan sesuai dengan jamannya. Namun, apa benar judul yang disumbangkan Abendanon sebagai inti dari semua surat Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang, terwujud di jaman sekarang?

Semu. Bukan berarti terwujud sepenuhnya, tetapi juga bukan berarti tak terwujud. Bagaimana tidak? Membaca salah satu dari kumpulan surat Kartini adalah mewah bagi generasi kartini kini. Saking mewahnya, tak sedikit yang lebih memilih mengisi waktu luangnya untuk memainkan jari indahnya di atas papan layar sentuh. Dampaknya, tak banyak wanita masa kini yang mampu mengimplementasikan dan meneruskan perjuangan RA Kartini.

Semu. Bukan berarti terwujud sepenuhnya, tetapi juga bukan berarti tak terwujud. Saat ini, wanita dapat dengan mudah menjangkau pendidikan tinggi. Menempuh pendidikan ke luar negri yang dirasa Kartini tabu, kini sudah bukan hal yang luar biasa lagi. Banyak gelar professor tersemat. Namun, apakah  dengan hal tersebut, masa sekarang bisa dikatakan terang, gelap yang lalu sudah hilang? Apakah dengan pendidikan tinggi, wanita jadi lebih beretika? Apakah dengan pendidikan tinggi wanita hormat dengan suami, peduli dengan keluarga? Apakah dengan pendidikan tinggi tak ada wanta yang korupsi? Apakah dengan pendidikan tinggi wanita sanggup menyerahkan diri untuk mengentaskan kemiskinan dan kebodohan saudaranya?

Semu. Bukan berarti terwujud sepenuhnya, tetapi juga bukan berarti tak terwujud. Sudah tak berlaku lagi di jaman sekarang buta dengan bahasa asing. Suatu hal positif yang tak dirasakan wanita era Kartini.  Wanita sekarang sudah tak lagi diharuskan bertutur kaku dengan bahasa Jawa krama. Bisa banyak bahasa asing justru menjadikan wanita sekarang lebih elok. Namun, apakah  dengan hal tersebut, masa sekarang bisa dikatakan terang, gelap yang lalu sudah hilang? Apakah dengan bisa brbahasa asing wanita jadi lebih sopan? Apakah dengan bisa berbahasa asing wanita jadi lebih menghormati orang tua dan temannya? Apakah dengan bisa berbahasa asing wanita jadi lebih berani untuk tampil di dunia Internasional dan mengharumkan tanah pertiwi?

Semu. Bukan berarti terwujud sepenuhnya, tetapi juga bukan berarti tak terwujud. Kini, tak ada larangan untuk menjadi wanita karir. Bebas memilih, mobilitas yang tak terkekang, katanya adalah bagian dari emansipasi dan demokrasi. Pulang lewat magrib tak jadi masalah. Hal – hal tersebut terasa begitu mahal bagi kaum Kartini dulu. Terkekang, harus berjalan bak putri keraton, tak boleh membawa sepeda sendiri, hanya mengandalkan lelaki yang bekerja hingga tak boleh keluar rumah, kecuali untuk berbelanja bahan kelontong. Namun, apakah  dengan kebebasan, masa sekarang bisa dikatakan terang, gelap yang lalu sudah hilang? Apakah dengan kebebasan wanita jadi lebih bertanggungjawab? Apakah dengan kebebasan wanita tak lagi dilecehkan kodratnya? Apakah dengan kebebasan, nama wanita menjadi harum? Apakah dengan kebebasan tak ada lagi wanita yang terjegal hal haram, seperti narkoba, perjudian, pelacuran dan porno aksi?

Dalam kesemuan itu berhakkah judul legendaris, Habis Gelap Terbitlah Terang dipupuskan? Berhak atau tidak adalah jawaban singkat yang juga semu. Kepastian hanya ada di dalam diri wanita Indonesia masing – masing. Kaum wanita kinilah yang menjadi penentu terwujudnya mimpi Kartini secara utuh.“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya”. Dari gelap menjadi terang, atau dari gelap menjadi semakin gelap? Hanya kaum wanitalah yang bisa memilih dan menciptakannya.

Mengutip sepenggal bait dari salah satu surat Kartini-November 1899, “Dan terang senyata hari ini, lukisan mata yang datang lalu melintasi semangatku. Gemetar tubuhku, melihat di masa yang di hadapanku itu, gambaran yang muram – muram bangkit naik. Aku tiada hendak melihat, tetapi mataku tinggal terbeliak juga, dan pada kakiku ternganga jurang yang sedalam – dalamnya, tetapi bila aku menengadah, melengkunglah langit yang hijau terang cuaca di atasku dan sinar matahari keemasan bercumbu – cumbuan, bersenda gurau dengan awan putih sebagai kapas itu; maka dalam hatiku terbitlah cahaya terang kembali.” Mari bersemangat  wanita Indonesia untuk mewujudkan terang yang utuh, terang yang tak pernah pupus oleh ruang dan waktu. Janne Hillary

0 comments:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Iklan