Wednesday, April 22, 2015

Jejak Wanita Masa Kini Pembangun Indonesia lewat Literasi

Iraa Rachmawati yang menggunakan sabuk coklat/dok.Iraa 

Biosfer–Selain Kartini, banyak sekali perempuan hebat di Indonesia disepanjang sejarah bangsa Indonesia berdiri. Salah satunya yang tak banyak orang kenal adalah Safiatuddin Johan Berdaulat, sang Ratu yang memerintah Aceh pada tahun 1644-1675. Pada masa kepemimpinannya ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Ketika itulah lahir karya-karya besar dari Nuruddin ar-Raniry, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf.

Selain itu, ada juga jurnalis pertama perempuan bernama Rohana Kudus yang menuliskan pemikirannya bukan hanya melalui surat-surat kepada sahabatnya tapi melalui media masa yang ia pimpin. Ia juga mendirikan sekolah perempuan Amai Setia di kota kelahirannya di Koto Gadang Bukit Tinggi pada tahun 1916. 

Sama seperti kedua perempuan hebat itu, membaca dan menulis juga melekat dalam diri Kartini. Dua hal itu terlekat dalam diri Kartini selama hidupnya supaya ia tak hilang dilupakan sejarah. Perjuangannya membuat namanya kini tertahbiskan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden RI pertama. Selain itu sebenarnya masih ada ribuan perempuan lainnya yang membangun Indonesia lewat bidang yang sama. Hanya saja mereka tak tercatat sejarah.

Mengikuti jejak pendahulu-pendahulu yang hebat, perempuan masa kini, Iraa Rachmawati turut memulas hidupnya dengan dunia baca dan tulis. Iraa ingin menjadi bagian dari perempuan-perempuan pembangun Indonesia. “Menulis adalah salah satu upaya bagi perempuan untuk melakukan perubahan,” kata Iraa ketika dihubungi oleh biosfer (20/04). Perempuan ini kemudian menggagas berdirinya Rumah Literasi Banyuwangi ini.

Iraa Rachmawati yang menggunakan sabuk coklat/dok.Iraa

Sebagai perempuan yang ingin memberikan kontribusi kepada bumi pertiwi, ia memilih berkecimpung di dunia literasi.  Baginya, dunia literasi memang bukan hal yang baru. Sejak kecil ia sudah dikenalkan dengan tulisan dan buku. “Lebih penting membeli buku daripada membeli tas dan sepatu baru,” begitu ia selalu diajarkan oleh ibunya.

Mendirikan Rumah Literasi Banyuwangi (RLB) bersama kawan-kawannya di Banyuwangi sudah menjadi pilihan hidupnya. Iraa memberikan pilihan alternatif kepada anak anak, ketika rumah sudah tidak lagi menjadikan tempat yang nyaman dan sekolah selalu memberikan tuntutan. Di RLB sendiri tidak melulu berbicara buku. Mereka-pun membincangkan tentang membangun mimpi untuk berkontribusi bagi Indonesia, dengan cara mereka masing-masing. “Bagaimana kita peduli dan berbagi kepada semuanya. Menjaga ibu bumi untuk tempat bermain anak-anak masa depan,” tuturnya.

Sebagai bagian dari generasi muda Iraa-pun berpesan untuk berani bermimpi dan mewujudkannya. Ia mengajak generasi muda untuk berhenti mengeluh dan berbuat sesuatu, karena masa depan Indonesia ada di tangan orang muda. “Lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan. Terus berbuat baik dan teruslah berbagi. Jangan bermimpi merubah dunia jika kita tidak merubah diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik,” pungkasnya.Laelatul Badriyah/Janne Hillary-Biosfer



0 comments:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Iklan