Produk instan/dok. Biosfer |
Biosfer-Tak dinyana, masyarakat zaman sekarang semakin kritis dalam segala hal. Termasuk juga masalah kesehatan dan gaya hidup. Biarpun dituntut untuk hidup serba cepat, masyarakat tetap pilih-pilih barang yang dikonsumsinya. Tak ayal, produsen makanan instan menciptakan produk berembel-embel aman konsumsi.
Di layar kaca kini bersliweran iklan-iklan makanan instan yang katanya tanpa pengawet dan penyedap. Manuver produsen tersebut bisa dikatakan berhasil menarik banyak konsumen. Iming-iming cepat saji tetapi tetap terjaga kesehatannya mampu membius sebagian masyarakat. Akibatnya daya beli menjadi tinggi.
Teliti dulu sebelum membeli. Kalimat tersebut bukanlah slogan kosong belaka. Iming-iming iklan sebisa mungkin tidak membutakan calon pembeli. Supaya tidak kecewa di belakang, slogan tersebut ada baiknya diterapkan masyarakat. Komposisi di kemasan produk perlu diperhatikan.
Pengawet
Saat menelusuri bahan-bahan kimia di bagian komposisi, konsumen mungkin merasa lega tidak menemukan asam benzoat, paraben, dan pengawet buatan lainnya. Ditambah lagi tercantum kandungan antioksidan. Rasanya semakin lega dan tidak perlu khawatir lagi. Konsumen banyak yang berpikir, dengan keberadaan antioksidan berarti sah-sah saja memakan produk instan dengan frekuensi sering, sehat malah. Padahal antioksidan TBHQ (tertiary-butyl hydroquinone) yang sering terpampang di kemasan makanan cepat saji tidak sesehat yang dikira.
TBHQ bukanlah antioksidan alami. Zat ini sangat berbeda dengan vitamin C (asam askorbat) atau vitamin E (tocopherol), yang berguna untuk ketahanan tubuh kita. Antioksidan TBHQ dipakai sebagai bahan pengawet minyak goreng dan lemak hewani agar tidak mudah menjadi tengik. Dengan begitu, masa simpan makanan menjadi panjang.
Badan pengawas makanan Amerika Serikat (FDA) menyatakan antioksidan TBHQ ini aman dikonsumsi jika dibubuhkan sesuai dengan kadar yang ditentukan. Namun, takaran bahan yang digunakan seringkali tidak dicantumkan di bagian komposisi. Pembeli menjadi tidak tahu aman tidaknya produk itu dikonsumsi. Belum lagi setiap individu memiliki tingkat sensitivitas dan daya tahan tubuh yang berbeda. Bagi sebagian orang, dengan kadar yang sangat sedikit, TBHQ dapat menyebabkan berbagai gangguan tubuh, seperti perut kembung, sakit perut, konstipasi (sulit buang air), sakit kepala dan migrain, sering flu, batuk dan asma, nyeri persendian (arthritis).
Penyedap
Banyak kemasan produk instan yang memamerkan besar-besar tulisan tanpa bahan penyedap. Bahkan ada pula yang terang-terangan menuliskan tanpa MSG atau monosodium/mononatrium glutamat. Memang bisa jadi suatu produk tidak mempergunakan MSG, tetapi bukan berarti terbebas dari zat penyedap lainnya.
Penggunaan penyedap kadang-kadang tersembunyi di balik label komposisi dengan nama yang berbeda. Jika anda melihat dinatrium inosinat dan dinatrium guanilat, itu berarti produk tersebut tidak terbebas dari penyedap. Kedua zat tersebut adalah penyedap sintesis yang masih kerap digunakan selain MSG.
Kedua bahan tersebut biasanya tidak digunakan secara terpisah dari asam glutamat. Bila anda menemukannya dalam daftar bumbu, tetapi MSG tidak ada, kemungkinan besar asam glutamat diberikan sebagai bagian dari bahan lain dalam produk. Hal tersebut akan memberikan efek ganda, rasa yang semakin sedap juga kesehatan yang semakin buruk.
Dibeberapa negara Amerika, kedua penyedap ini telah dihapus dari daftar zat aditif yang diperbolehkan. Sedangkan di Indonesia tidak demikian. BPOM masih menyatakan aman konsumsi sesuai batas yang ditentukan. Adanya sinyal hijau dari BPOM bukan berarti konsumen mengabaikan begitu saja slogan yang telah disebutkan di atas. Menjadi pembeli cerdas itu perlu supaya anda sekeluarga tetap dalam keadaan sehat.